Popular Post

Posted by : Unknown Rabu, 01 Oktober 2014

omunikasi Nonverbal juga Penting dalam Interaksi dengan Anak

Jakarta - Orang tua adalah cerminan anak-anaknya. Dengan mengamati tingkah laku orangtua anak-anak belajar cara berinteraksi dengan sesama, meraih tujuan, dan beradaptasi di dunia. Orangtua mau tidak mau harus sadar  bahwa mereka adalah role model bagi anak-anaknya. Anak-anak menerapkan contoh sehari-hari, dan tidak disadari oleh banyak  orangtua, bahwa cara komunikasi nonverbal sebenarnya mempunyai pesan yang lebih kuat ketimbang bahasa verbal.

Komunikasi nonverbal terdiri atas ekspresi wajah, nada suara, kontak mata, dan bahasa tubuh. Jika seseorang sedang dalam keadaan marah atau kecewa, berbicara dengan nada yang kasar, atau terus bergerak melihat ke sekitar dan berbicara pada saat yang bersamaan. Cara komunikasi nonverbal demikian mengirimkan pesan negatif pada penerimanya.

Sudah menjadi tugas para orangtua untuk mengenali dan memahami cara komunikasi nonverbal anak, ajari atau tuntunlah mereka. Anak-anak berbicara menggunakan bahasanya sendiri melalui gerak tubuh dan bermacam isyarat. Mempelajari apa saja isyarat mereka dan pesan dari gerak tubuh mereka merupakan salah satu aspek terpenting dalam memahami anak-anak. "Komunikasi nonverbal sangat penting bagi tumbuh kembang bayi," ujar dokter spesialis anak, Dr Atilla Dewanti SpA di Jakarta, kemarin.

Bahasa nonverbal yang sering dilakukan ayah dan ibu pada bayi, bisa merangsang  terbentuknya sinaps syaraf otak sehingga bayi tumbuh cerdas. “Selain itu, bahasa nonverbal juga bisa memperkuat ikatan (bonding) antara ayah, ibu, dan anak," papar  Dr Atilla.

Dr Atilla menambahkan, otak bayi yang baru lahir layaknya sirkuit-sirkuit yang berdiri sendiri-sendiri. Maka, dengan adanya rangsangan nonverbal akan membantu otak membentuk sinap-sinap atau serabut-serabut yang menghubungkan sel-sel otak.

Gerak tubuh merupakan salah satu bahasa nonverbal yang paling umum digunakan oleh anak-anak. Gerakan ini bisa bermacam-macam gabunagn antara bahasa tubuh dan pesan yang ingin disampaikan. Beberapa anak-anak mengelakkan bahunya, memukul-mukulkan tangannya ke udara atau bahkan pergi meninggalkan ruangan dengan berat untuk menunjukkan bahwa mereka sedang marah. Isyarat terkadang pula diikuti oleh bahasa verbal, namun tidak selalu. Setiap anak berbeda, itulah mengapa penting untuk setiap orangtua mengenali isyarat-isyarat yang coba disampaikan sang anak.

Ekspresi wajah lain lagi. Anak-anak tidak sepiawai orang dewasa dalam memilah-milah emosi yang sedang mereka rasakan jadi seringnya mereka tidak menahan-nahan apa yang mereka rasakan. Untungnya cukup mudah membaca apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh anak-anak kita dari ekspresi wajahnya. Ekspresi wajah mereka dengan jelas menyaratkan apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan.

”Yang perlu diperhatikan lebih oleh orangtua adalah menangkap ekspresi wajah pada saat yang tepat dan menanyakan pertanyaan yang tepat pula. Dengan melakukan itu maka orangtua akan lebih baik dalam mengerti apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh sang anak,” tuturnya.

Seorang anak akan dengan sendirinya membentuk batasan spasial yang dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya dari bagaimana mereka dibesarkan. Jika seorang anak dibesarkan dalam sebuah keluarga yang leluasa mengekspresikan kasih sayangnya secara fisik, maka sang anak akan merasa lebih nyaman ketika berada dalam lingkungan yang jarak spasialnya cukup dekat. Sebaliknya, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang secara fisik jarang mengekspresikan kasih sayang akan mendapati diri mereka kurang nyaman dengan jarak spasial yang terlalu dekat.

Nada suara ketika anak berbicara akan membantu orang menerka pesan apa yang sedang anak coba sampaikan. Jika seorang anak berbicara dengan nada riang, kemungkinan besar ia sedang merasa senang. Namun jika seorang anak mengatakan merasa senang padahal nada suaranya tidak terdengar demikian, Anda sebagai orangtua mungkin lebih baik menanyakan beberapa hal hanya untuk memastikan apakah anak Anda mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Karena komunikasi verbal dan nonverbal tidak mempunyai titik temu, maka menjadi indikator bahwa sang anak mungkin tidak jujur kepada Anda.

Mengajarkan anak untuk mematuhi dan mengerti aba-aba nonverbal sangat penting. Bagaimana mengawalinya? Mendesain dan menggunakan sebuah aktivitas secara konsisten. Aba-aba nonverbal menciptakan dunia yang aman bagi seorang anak. Misalnya, seorang anak tahu jika setelah mandi sore tak lama lagi akan pergi tidur, maka ia akan mulai mempercayai sistem yang telah Anda atur. Aba-aba dapat diajarkan untuk mengisyaratkan sebuah keadaan darurat. Hal yang paling serimg ditemukan di sekolah adalah latihan pada saat terjadi kebakaran dan apa yang harus mereka lakukan. Dengan begitu sang anak belajar bahwa ketika alarm berbunyi, maka langkah selanjutnya adalah menjalankan prosedur darurat.

Anak-anak mulai memperlajari bahasa nonverbal tidak lama setelah mereka lahir ke dunia, lalu terus dilatih dan berkembang sepanjang umur hidupnya. Anak-anak pertama belajar bahasa nonverbal dari melihat dan menirukan orang dewasa di sekitar mereka. Anak-anak di usianya yang teramat muda sesungguhnya lebih piawai menangkap bahasa nonverbal ketimbang orang dewasa, lantaran kemamapan verbal mereka yang terbatas sehingga pada bahasa nonverballah mereka bertumpu.
(IZN - pdpersi.co.id)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

cantik

cantik

- Copyright © INTERNET DCC - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -